Friday, March 2, 2018

Cerita dari Air Terjun Grenjengan dan Air Terjun Canggu

Hari libur kerja? Waktunya untuk sedikit me-refresh diri setelah disibukkan dengan rutinitas sehari-hari. Ini tentang sedikit cerita pada tanggal 28 Februari 2018. Waktu itu saya putuskan untuk mengunjungi tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal. Mojokerto, punya banyak destinasi yang menarik untuk dikunjungi. Satu kawasan yang cukup hits, Pacet.

Pacet mempunyai banyak destinasi wisata, tapi tidak dapat saya sebut satu-satu (pengganti dari sebutan "belum banyak tahu"). Tujuannya adalah air terjun Pacet (lupa namanya, belum browsing secara lengkap). Dulu entah tahun berapa pernah ke sini namun sudah lupa dan memang tampak cukup banyak perubahan. Berangkat pagi sekitar 06.45 WIB dari Ngoro, Mojokerto dan sampai di lokasi sekitar 07.30 WIB (kurang). Cukup bingung karena belum banyak "kehidupan" di lokasi, tempat parkir yang ada pun belum ada yang jaga. Tanya ke warga lokal untuk menuju ke air terjun (Grenjengan). Di sini ada dua air terjun yang lokasinya berdekatan, Coban Grenjengan dan Coban Canggu.

Air Terjun Grenjengan

Lokasinya berada di atas pemandian air panas. Bertanya ke warga lokal untuk menuju ke lokasi, diarahkan untuk balik arah menuju pintu masuk dan naik ke jalan di sebelahnya dan dapat membawa motor. Jalannya cukup sempit dan menanjak dekat hanya sekitar 100 m. Hingga jalan aspal terakhir ada tempat parkir namun belum ada yang menjaga dan oleh warga diajak naik saja. Oke, jalannya berubah jadi bebatuan basah menanjak dan alhasil saya dan motor susah melewatinya, terpaksa turun dan menuntun motor. Hingga ada warung terakhir titip motor di sana. Sapa singkat dari ibu pemilik warung, "Sendiri aja mas?", "Nggih bu", jawab singkat saya. Selanjutnya saya meneruskan perjalanan dan belum tampak ada pengunjung lain hingga sampai di lokasi.

Sesampainya di lokasi langsung mengeluarkan kamera dan tripod. Tidak perlu menunggu waktu lama langsung saja mengambil beberapa 'jepretan'. Dapat dikatakan saya sebagai pengunjung pertama di hari itu, maklum saja waktu itu bukan akhir pekan atau hari libur. Lumayan lah, serasa berada di air terjun pribadi, setidaknya hingga sekitar satu jam di sana. Setelah itu ada bapak-bapak (warga) datang dan menyapa dengan senyum, kemudian bertanya, "dewean ae mas? (sendiri aja mas?)", "nggih pak (iya pak)", jawab saya. Beliau pun bertanya, "ini masnya mau nyari info, dokumentasi atau acara apa mas?". Mungkin dikiranya saya membuat liputan berita atau apa karena berangkat sendiri bawa kamera dan tripod. "Mboten pak, cuma buat pribadi saja, hobi pak, hehe", sahut saya. Sambil bersantai-santai lumayan lah ada teman mengobrol sejenak.

Gambar 1 Air terjun Grenjengan (1). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/16, 1 s, ISO 100, edit with Adobe Lightroom

Gambar 2 Air terjun Grenjengan (2). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (55 mm), f/16, 1 s, ISO 100, edit with Adobe Lightroom

Gambar 3 Air terjun Grenjengan (3). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/13, 30 s, ISO 100, ND 1.8 64x, edit with Adobe Lightroom

Gambar 4 Air terjun Grenjengan (4). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/16, 30 s, ISO 100, ND 1.8 64x, edit with Adobe Lightroom

Gambar 5 Air terjun Grenjengan (5). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/16, 30 s, ISO 100, ND 1.8 64x, edit with Adobe Lightroom

Gambar 6 Let it flow. Air terjun Grenjengan. Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (55 mm), f/16, 1 s, ISO 100, edit with Adobe Lightroom

Sudah sekitar satu jam, waktunya berkemas dan beranjak turun. Sesampai di warung tempat titip motor tadi, saya langsung pamit ke bapak yang punya warung dan bertanya ongkos parkir namun dijawabnya seikhlasnya saja atau Rp 5.000 anggap sebagai beli air minum kemasan (600 ml). Ya sudah, saya bayar Rp 5.000 untuk titip kendaraan dan dapat air minum kemasan (Alhamdulillah...). Saat perjalanan turun tadi mulai berpapasan dengan sekelompok pengunjung dan sepertinya sedikit jadi perhatian ketika turun dengan menaiki kendaraan sedangkan yang lain jalan kaki (kepedean aja kali sok nyebut jadi perhatian, plakk!!).

Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, waktunya sarapan. Pesan nasi goreng di warung sekitaran pemandian air panas. Ibu warungnya pun juga bertanya, "sendirian aja mas?", pertanyaan sama yang ketiga di hari dan tempat sama. Singkat saja, selesai sarapan saya langsung menuju tempat selanjutnya, Coban Canggu.

Air Terjun Canggu

Air terjun ini cukup berdekatan dengan air terjun Grenjengan. Untuk lokasinya masih turun ke bawah dan melewati beberapa petak sawah. Saat di tempat parkir ada satu kelompok pengunjung yang terdiri dari beberapa gadis remaja. Saya turun terlebih dulu ke lokasi, dan ya, air terjunnya lebih besar dan tinggi daripada air terjun Grenjengan, debit airnya juga cukup deras. Dan, tentu efek hembusan anginnya cukup kencang begitu juga percikan airnya cukup rapat dan deras. Sehingga, untuk pengambilan gambar di sini saya tidak menggunakan tambahan filter (ND) dan mode slow shutter cukup lama jika dekat dengan air terjun karena akan membasahi kamera khususnya lensa.

Tidak lama setelah sampai tadi pengunjung para gadis remaja tadi juga sampai namun hanya beberapa menit saja di sana untuk berfoto selfie dan wefie kemudian langsung kembali naik. Beberapa waktu kemudian ada beberapa pengunjung pasangan muda-mudi tiba dan langsung berfoto-foto juga. Boleh dikata, saya pengunjung yang beda sendiri kala itu, di samping seorang diri juga satu-satunya yang tidak melakukan selfie. Harap dimaklumi, saya bukan orang yang fotogenik dan pemalu (eaaaaa...). Hari mulai siang sekitar pukul 11.00 WIB dan langit mulai tampak awan gelap menggumpal. Bertemu dengan warga lokal, sapa dengan senyum dan, "dewean ae mas? (sendiri aja mas?)" tanyanya. Spontan dalam hati, "eaaaaa...". "Onok acara opo iki mas, nggolek info tah mas? (ada acara apa ini mas, apa mencari info? - mungkin dikiranya meliput berita atau dokumentasi khusus)", imbuhnya. "Oh, cuma gawe pribadi ae kok mas, koleksi, hobi (oh, cuma untuk pribadi saja mas, koleksi, hobi)".

Gambar 7 Air terjun Canggu (1). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/16, 1/4 s, ISO 100, edit with Adobe Lightroom

Gambar 8 Air terjun Canggu (2). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/16, 1/4 s, ISO 100, edit with Adobe Lightroom

Gambar 9 Air terjun Canggu (3). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/16, 1/4 s, ISO 100, edit with Adobe Lightroom

Gambar 10 River stone, air terjun Canggu. Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/16, 1/10 s, ISO 100, edit with Adobe Lightroom

Gambar 11 Air terjun Canggu (4). Gear: Nikon D5200, 18-55mm kit lens (18 mm), f/16, 1/4 s, ISO 100, edit with Adobe Lightroom

Selesai di air terjun atau Coban Canggu, berakhir juga jalan-jalan kali ini. Waktunya pulang dan memang langsung pulang tidak mampir-mampir lagi.

Demikian akhir cerita kali ini. Terlalu banyak kata mungkin, tapi tak apa lah dan maafkan, hihi (tertawa kuda).

Related Post:

No comments:

Post a Comment