Travelling ke Solo
Selasa, tanggal 12 September 2017, seperti hari-hari biasanya tidak ada yang berbeda. Namun, saat itu merupakan hari libur kerja pertama (sistem kerja menganut kepercayaan 2 hari pagi, 2 sore, 2 malam, dan 2 libur). Seperti biasa, hari libur harus ada kegiatan untuk menghindari kebosanan. Singkat cerita di hari itu, malam harinya ada acara resepsi pernikahan teman di Sidoarjo dan ada beberapa keperluan juga. Sore hari sebelum berangkat, terpikir setelah urusan selesai ingin jalan-jalan, pilihannya, ke Jember (pulang, red.) atau ke kota lain tapi entah ke mana, yang penting packing tipis-tipis saja terlebih dulu meski hanya sekedar peralatan mandi dan satu pakaian ganti.
Setelah dari resepsi pernikahan teman, terlintas nama kota, Solo. Segera saat itu mencari sedikit informasi tentang destinasi wisata di Solo. Sebenarnya belum ada gambaran sama sekali tentang Solo. Pilihan lain Yogyakarta, namun waktu yang ada saya rasa kurang. Sedikit informasi dari perselancaran singkat di internet, langsung saja menuju ke Bungurasih atau Terminal Purabaya. Waktu menunjukkan kurang lebih pukul 20.30 WIB dapat dikatakan masih sore. Jika berangkat pukul 21.00 WIB, perkiraan sampai Solo pukul antara 02.00-03.00 WIB dini hari (mau apa di sana di jam segitu?). Jadi, santai-santai dulu di Terminal Purabaya sambil melihat orang-orang yang lalu-lalang dan melihat bus-bus di jalur pemberangkatan dari lantai 2 area tunggu pemberangkatan.
Waktu menunjukkan pukul 22.45 WIB saya putuskan untuk naik ke bus Mira ATB (AC Tarif Biasa) entah body apa tapi bermesin Hino AK 8. Duduk di baris 3 sebelah kanan samping jendela. Pukul 23.00 WIB bus berangkat. Perjalanan lancar bahkan mungkin dapat disebut seperti berada di sirkuit hingga sempat beberapa kali terjadi insiden. Pukul 04.00 WIB sampai di Solo.
Terminal Tirtonadi
Sesampai di terminal, langsung saja menuju toilet karena ada sedikit masalah di perut. Kesan pertama di Terminal Tirtonadi, tempatnya cukup bagus, bersih, adem, masjidnya juga cukup lega dan bagus tentunya.
Langit sudah mulai terang dan saya beranjak ke pintu keluar. Tidak seperti terminal umumnya yang langsung terhubung dengan jalan utama, namun yang ada seperti jalan pemukiman, sepi, tidak ada kendaraan lewat, atau saya yang tidak tahu jalan utama dari pintu keluar. Hal yang dicari setelah turun dari bus adalah tempat untuk mengisi baterai ponsel dan itu tidak saya temukan di terminal. Di luar, berharap ada minimarket namun yang ada hanya rumah-rumah penduduk yang masih tutup. Tampak abang gojek sedang merenung sendiri saya hampiri mungkin itu dapat membuatnya tersenyum. Tidak ada maksud menggodanya hanya minta antar ke pasar Klewer.
Wisata Kuliner Galabo - Benteng Vastenburg
Terlalu pagi sampai di Kota Solo terbukti dengan masih tutupnya lokasi-lokasi yang hendak saya tuju. Saya putuskan untuk sarapan terlebih dulu di Kuliner Galabo (Gladag Langen Bogan). Di sini ada banyak pilihan kuliner, tapi berhubung masih pagi sekitar 07.30 jadi hanya beberapa yang buka. Harga makan di sini cukup murah rata-rata kisaran Rp 8000-15000 saja. Di depan lokasi ini ada jalur kereta yang menyatu dengan jalan raya. Waktu di sekitaran situ saya tidak beruntung menjumpai kereta yang lewat. Sempat terdengar suara klakson dan tampak railbus Bathara Kresna dari kejauhan atau saat coba berkeliling mencari pintu masuk Benteng Vastenburg. Di belakang Galabo ada benteng yang bernama Benteng Vastenburg. Pintu masuk benteng tertutup, tanya ke bapak Linmas, memang benteng jarang dibuka kecuali ada acara yang menggunakan lokasi tersebut.
Pusat Grosir Solo
Pusat Grosir Solo (PGS) merupakan pusat belanja yang terletak di Jl. Mayor Sunaryo tepat di seberang jalan Kuliner Galabo. Hampir semua yang dijual sini adalah batik yang melayani grosir atau eceran.
Keraton Surakarta Hadiningrat
Setelah sarapan dan waktu telah menunjukkan pukul 09.00 WIB, saya berjalan kaki ke Keraton Surakarta. Lokasi berada di sebelah selatan Alun-alun Lor dan sebelah timur Pasar Klewer. Di dalam Keraton ada Museum Keraton Surakarta dan terbuka untuk umum. Pintu masuk berada di sisi kanan Keraton. Masuk ke dalam dikenakan tiket Rp 10.000, di dalam juga ada beberapa orang yang siap sebagai pemandu namun saya memilih untuk melihat-lihat sendiri.
Dari sini kita dapat banyak belajar khususnya bagi pecinta sejarah pasti betah berada di sini. Selesai di sini saya berpindah melihat-lihat sekeliling Keraton dan kemudian menuju ke Masjid Ageng Keraton Surakarta.
Masjid Ageng Keraton Surakarta
Terletak di sebelah utara Keraton dan samping barat Alun-alun Lor. Cukup berjalan kaki dari Keraton ke Masjid. Suasana di dalam masjid cukup sejuk di mana pada saat itu terik matahari cukup untuk membuat keringat bercucuran.
Masjid ini menempati lahan seluas 19.180 meter persegi yang dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta merupakan bangunan bergaya tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka (mahkota). Gaya bangunan tradisional Jawa ini adalah khusus untuk bangunan masjid.[1]
Pasar Klewer
Cukup banyak tempat tujuan di sekitar kompleks Keraton Surakarta. Lokasi-lokasi ini dapat dijangkau hanya dengan berjalan kaki. Sekitar pukul 11.00 WIB saya beralih ke Pasar Klewer yang berada di sebelah barat kompleks Keraton. Sama seperti PGS, di sini sebagian besar menjual batik dan di lantai atas juga dapat ditemui beragam kuliner yang dapat dinikmati. Dan, seperti di PGS, saya masuk hanya melihat-lihat saja tanpa membeli apa pun.
Dari Pasar Klewer saya memutuskan menuju ke Terminal Tirtonadi untuk kembali ke Surabaya. Sebenarnya masih ada banyak tempat yang patut dikunjungi. Namun, harap dimaklumi juga karena jalan-jalan ini tanpa ada rencana apa pun, terlintas di pikiran begitu saja dan langsung berangkat saat itu juga.
End of the Trip
Untuk ke Terminal Tirtonadi, saya menggunakan layanan ojek online seperti saat baru sampai dari terminal menuju ke kompleks Keraton. Tarif ojek tersebut Rp 9.000. Sampai di terminal perut mulai lapar dan makan siang terlebih dulu sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Harga makan di sini terbilang murah untuk ukuran terminal, pesan soto ayam Rp 7.000 tapi memang sih porsinya agak imut, minum soda gembira Rp 10.000 untuk melepas dahaga sekaligus sedikit menutupi keimutan porsi sotonya. Selesai makan lanjut sholat Dzhuhur di Masjid dan kemudian menuju ke area pemberangkatan. Jika saat berangkat saya menggunakan jasa Mira, maka saat pulang harus punya Sumber Group yang fenomenal. Kali ini saya naik bus Sumber Selamat dengan bodi Discovery dari Laksana bermesin Hino AK 8. Tidak semua armada PO (Perusahaan Otobus) ini negatif atau ugal-ugalan seperti kabar yang sering terdengar. Bus yang saya tumpangi cukup "sabar", berangkat dari Solo sekitar 12.00 WIB dan sampai di Terminal Purabaya sekitar pukul 19.00 WIB.
Demikian lah akhir dari perjalanan singkat kali ini. Meski tidak banyak tempat yang dikunjungi tapi cukup untuk sekedar me-refresh dari rutinitas sehari-hari.
List Biaya
Untuk rincian biaya perjalanan singkat yang murni hanya jalan-jalan saja tanpa belanja kali ini, saya buatkan daftar di bawah.
Referensi:
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Kraton_Surakarta (diakses pada 18/09/2017)
Selasa, tanggal 12 September 2017, seperti hari-hari biasanya tidak ada yang berbeda. Namun, saat itu merupakan hari libur kerja pertama (sistem kerja menganut kepercayaan 2 hari pagi, 2 sore, 2 malam, dan 2 libur). Seperti biasa, hari libur harus ada kegiatan untuk menghindari kebosanan. Singkat cerita di hari itu, malam harinya ada acara resepsi pernikahan teman di Sidoarjo dan ada beberapa keperluan juga. Sore hari sebelum berangkat, terpikir setelah urusan selesai ingin jalan-jalan, pilihannya, ke Jember (pulang, red.) atau ke kota lain tapi entah ke mana, yang penting packing tipis-tipis saja terlebih dulu meski hanya sekedar peralatan mandi dan satu pakaian ganti.
Setelah dari resepsi pernikahan teman, terlintas nama kota, Solo. Segera saat itu mencari sedikit informasi tentang destinasi wisata di Solo. Sebenarnya belum ada gambaran sama sekali tentang Solo. Pilihan lain Yogyakarta, namun waktu yang ada saya rasa kurang. Sedikit informasi dari perselancaran singkat di internet, langsung saja menuju ke Bungurasih atau Terminal Purabaya. Waktu menunjukkan kurang lebih pukul 20.30 WIB dapat dikatakan masih sore. Jika berangkat pukul 21.00 WIB, perkiraan sampai Solo pukul antara 02.00-03.00 WIB dini hari (mau apa di sana di jam segitu?). Jadi, santai-santai dulu di Terminal Purabaya sambil melihat orang-orang yang lalu-lalang dan melihat bus-bus di jalur pemberangkatan dari lantai 2 area tunggu pemberangkatan.
Waktu menunjukkan pukul 22.45 WIB saya putuskan untuk naik ke bus Mira ATB (AC Tarif Biasa) entah body apa tapi bermesin Hino AK 8. Duduk di baris 3 sebelah kanan samping jendela. Pukul 23.00 WIB bus berangkat. Perjalanan lancar bahkan mungkin dapat disebut seperti berada di sirkuit hingga sempat beberapa kali terjadi insiden. Pukul 04.00 WIB sampai di Solo.
Terminal Tirtonadi
Sesampai di terminal, langsung saja menuju toilet karena ada sedikit masalah di perut. Kesan pertama di Terminal Tirtonadi, tempatnya cukup bagus, bersih, adem, masjidnya juga cukup lega dan bagus tentunya.
Langit sudah mulai terang dan saya beranjak ke pintu keluar. Tidak seperti terminal umumnya yang langsung terhubung dengan jalan utama, namun yang ada seperti jalan pemukiman, sepi, tidak ada kendaraan lewat, atau saya yang tidak tahu jalan utama dari pintu keluar. Hal yang dicari setelah turun dari bus adalah tempat untuk mengisi baterai ponsel dan itu tidak saya temukan di terminal. Di luar, berharap ada minimarket namun yang ada hanya rumah-rumah penduduk yang masih tutup. Tampak abang gojek sedang merenung sendiri saya hampiri mungkin itu dapat membuatnya tersenyum. Tidak ada maksud menggodanya hanya minta antar ke pasar Klewer.
Wisata Kuliner Galabo - Benteng Vastenburg
Terlalu pagi sampai di Kota Solo terbukti dengan masih tutupnya lokasi-lokasi yang hendak saya tuju. Saya putuskan untuk sarapan terlebih dulu di Kuliner Galabo (Gladag Langen Bogan). Di sini ada banyak pilihan kuliner, tapi berhubung masih pagi sekitar 07.30 jadi hanya beberapa yang buka. Harga makan di sini cukup murah rata-rata kisaran Rp 8000-15000 saja. Di depan lokasi ini ada jalur kereta yang menyatu dengan jalan raya. Waktu di sekitaran situ saya tidak beruntung menjumpai kereta yang lewat. Sempat terdengar suara klakson dan tampak railbus Bathara Kresna dari kejauhan atau saat coba berkeliling mencari pintu masuk Benteng Vastenburg. Di belakang Galabo ada benteng yang bernama Benteng Vastenburg. Pintu masuk benteng tertutup, tanya ke bapak Linmas, memang benteng jarang dibuka kecuali ada acara yang menggunakan lokasi tersebut.
Gambar 1 Solo the Spirit of Java, kawasan Benteng Vastenburg |
Gambar 2 Jl. Brigjend Slamet Riyadi, dengan jalur kereta di tepi jalan raya |
Pusat Grosir Solo
Pusat Grosir Solo (PGS) merupakan pusat belanja yang terletak di Jl. Mayor Sunaryo tepat di seberang jalan Kuliner Galabo. Hampir semua yang dijual sini adalah batik yang melayani grosir atau eceran.
Keraton Surakarta Hadiningrat
Setelah sarapan dan waktu telah menunjukkan pukul 09.00 WIB, saya berjalan kaki ke Keraton Surakarta. Lokasi berada di sebelah selatan Alun-alun Lor dan sebelah timur Pasar Klewer. Di dalam Keraton ada Museum Keraton Surakarta dan terbuka untuk umum. Pintu masuk berada di sisi kanan Keraton. Masuk ke dalam dikenakan tiket Rp 10.000, di dalam juga ada beberapa orang yang siap sebagai pemandu namun saya memilih untuk melihat-lihat sendiri.
Gambar 3 Keraton Surakarta |
Gambar 4 Benda-benda Sejarah di Museum Keraton Surakarta |
Gambar 5 Suasana di dalam Museum |
Dari sini kita dapat banyak belajar khususnya bagi pecinta sejarah pasti betah berada di sini. Selesai di sini saya berpindah melihat-lihat sekeliling Keraton dan kemudian menuju ke Masjid Ageng Keraton Surakarta.
Masjid Ageng Keraton Surakarta
Terletak di sebelah utara Keraton dan samping barat Alun-alun Lor. Cukup berjalan kaki dari Keraton ke Masjid. Suasana di dalam masjid cukup sejuk di mana pada saat itu terik matahari cukup untuk membuat keringat bercucuran.
Masjid ini menempati lahan seluas 19.180 meter persegi yang dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta merupakan bangunan bergaya tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka (mahkota). Gaya bangunan tradisional Jawa ini adalah khusus untuk bangunan masjid.[1]
Gambar 4 Bagian depan Masjid Ageng Keraton Surakarta |
Gambar 5 Bagian dalam Masjid Ageng Keraton Surakarta (1) |
Gambar 6 Bagian dalam Masjid Ageng Keraton Surakarta (2) |
Pasar Klewer
Cukup banyak tempat tujuan di sekitar kompleks Keraton Surakarta. Lokasi-lokasi ini dapat dijangkau hanya dengan berjalan kaki. Sekitar pukul 11.00 WIB saya beralih ke Pasar Klewer yang berada di sebelah barat kompleks Keraton. Sama seperti PGS, di sini sebagian besar menjual batik dan di lantai atas juga dapat ditemui beragam kuliner yang dapat dinikmati. Dan, seperti di PGS, saya masuk hanya melihat-lihat saja tanpa membeli apa pun.
Dari Pasar Klewer saya memutuskan menuju ke Terminal Tirtonadi untuk kembali ke Surabaya. Sebenarnya masih ada banyak tempat yang patut dikunjungi. Namun, harap dimaklumi juga karena jalan-jalan ini tanpa ada rencana apa pun, terlintas di pikiran begitu saja dan langsung berangkat saat itu juga.
End of the Trip
Untuk ke Terminal Tirtonadi, saya menggunakan layanan ojek online seperti saat baru sampai dari terminal menuju ke kompleks Keraton. Tarif ojek tersebut Rp 9.000. Sampai di terminal perut mulai lapar dan makan siang terlebih dulu sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Harga makan di sini terbilang murah untuk ukuran terminal, pesan soto ayam Rp 7.000 tapi memang sih porsinya agak imut, minum soda gembira Rp 10.000 untuk melepas dahaga sekaligus sedikit menutupi keimutan porsi sotonya. Selesai makan lanjut sholat Dzhuhur di Masjid dan kemudian menuju ke area pemberangkatan. Jika saat berangkat saya menggunakan jasa Mira, maka saat pulang harus punya Sumber Group yang fenomenal. Kali ini saya naik bus Sumber Selamat dengan bodi Discovery dari Laksana bermesin Hino AK 8. Tidak semua armada PO (Perusahaan Otobus) ini negatif atau ugal-ugalan seperti kabar yang sering terdengar. Bus yang saya tumpangi cukup "sabar", berangkat dari Solo sekitar 12.00 WIB dan sampai di Terminal Purabaya sekitar pukul 19.00 WIB.
Demikian lah akhir dari perjalanan singkat kali ini. Meski tidak banyak tempat yang dikunjungi tapi cukup untuk sekedar me-refresh dari rutinitas sehari-hari.
List Biaya
Untuk rincian biaya perjalanan singkat yang murni hanya jalan-jalan saja tanpa belanja kali ini, saya buatkan daftar di bawah.
Tabel 1 Rincian biaya jalan-jalan singkat dari Surabaya ke Solo
No. | Keterangan | Nominal (Rp) |
---|---|---|
1 | ATB Mira Surabaya - Solo | 46.000 |
2 | Gojek Terminal Tirtonadi - Keraton Surakarta | 9.000 |
3 | Minuman + Snack | 9.000 |
4 | Sarapan | 10.000 |
5 | Toilet | 2.000 |
6 | Tiket masuk Keraton | 10.000 |
7 | Gojek Pasar Klewer - Terminal Tirtonadi | 9.000 |
8 | Makan siang | 17.000 |
9 | ATB Sumber Selamat Solo - Surabaya | 46.000 |
10 | Parkir inap motor | 5.000 |
Total | 163.000 |
Referensi:
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Kraton_Surakarta (diakses pada 18/09/2017)
sip,,,
ReplyDeleteshort tripnya kece,,
klo pp lumayan gempor perjalanannya...
Ya itu asyiknya klo PP, greget, haha.
DeleteNext Jogja om, ayo melu... insyaAllah acu budal pisan, takono areke.